Padangpanjang,
Sumbar, (ANTARA) - Pengurus Ikatan Dai (Ikadi) Jakarta Ustadz Masrizal
Munaf meminta para "ninik mamak" (tokoh adat) di Minangkabau yang selama
ini perannya termarginalkan kembali difungsikan dalam pengelolaan
pendidikan. "Sebab
selama ini pengawasan anak-anak dalam usia sekolah hanya dilakukan
orang tua dan pihak sekolah, sehingga kurang maksimal dalam menciptakan
anak didik yang berpotensi sebagaimana yang diharapkan," katanya di
Padangpanjang, Minggu. Ia
berada di Padangpanjang untuk menghadiri sekaligus menjadi narasumber
pada kegiatan Gema Al Quran yang dilaksanakan Ikadi Kota Padangpanjang
di Graha Serambi Mekkah.
Menurut dia, peran serta ninik mamak menjadi penunjang dalam pembentukan pendidikan yang berkarakter sesuai kompetensinya.
Masrizal Munaf menilai, pengawasan terhadap anak-anak usia sekolah yang dilakukan
dalam beberapa waktu belakangan ini sudah mulai melemah, apalagi dengan
derasnya perkembangan teknologi dan pengawasan oleh orang tua yang juga
semakin berkurang.
"Saya masih ingat sewaktu sekolah dulu,
ninik mamak memiliki peran yang cukup besar dalam pengawasan anak
kemenakannya. Akhir-akhir ini peran itu semakin luntur dan sudah tidak
dirasakan lagi, ini yang harus kembali kita galakkan, apalagi di Ranah
Minang ini," katanya. Meski
peranan keluarga cukup menentukan, menurut dia, ninik mamak sebagai
elemen penting dalam adat juga memiliki fungsi untuk memberikan
kontribusi besar dalam kelanjutan pendidikan anak kemenakannya, apalagi
sosok ninik mamak memiliki peran tersendiri. "Fungsi
ninik mamak bukan hanya dalam urusan adat saja. Selama ini kita sudah
keliru menafsirkan peran dan fungsi ninik mamak itu, malahan yang lebih
menyedihkan ninik mamak sudah tidak dilibatkan lagi dalam masalah
pendidikan anak kemenakannya dan baru difungsikan apabila ada masalah
atau urusan keluarga lainnya. Ini sudah salah kaprah menurut saya,"
jelasnya. Selain
itu, pemerintah daerah dan pihak sekolah juga memiliki tanggung jawab
yang sama, bukan hanya sebagai pembuat aturan tetapi juga menentukan
kemana arah kebijakan pendidikan dan apa target yang akan dicapai dari
suatu program.
Di Padangpanjang sendiri, imbuh dia, sudah
jelas kemana arah pendidikannya sekaitan dengan julukan sebagai kota
"Serambi Mekkah". Tetapi pendidikan dengan pola Islami belum merata di
daerah itu. "Harusnya
ini menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk pihak pemerintah
daerah, lembaga legislatif dan masyarakat," sebutnya.
Masrizal Munaf menilai, pergeseran pola pendidikan di Padangpanjang semakin kentara dibanding masa dirinya masih sekolah dulu. Meski
waktu itu belum ada julukan kota Serambi Mekah, tetapi pola pendidikan
keagamaan begitu kuat, baik di lembaga pendidikan umum apalagi sekolah
agama. "Itu
fakta sejarah, di sini dulu pernah berjaya dengan pendidikan Islamnya,
tetapi seiring perkembangan zaman sejarah itu mulai memudar walaupun
belum bisa dikatakan hilang. Sejarah itu harus kita bangkitan kembali
dan menjadikan Padangpanjang sebagai pusat pendidikan Islam di Tanah
Air," kata ustadz yang dulu sekolah di SD Negeri Balai-Balai
Padangpanjang ini. (antara/kominfo)